Wednesday 22 April 2009

Robot

Aku sudah tidak ingat berapa lama aku berjalan. Dimana aku? Siapa aku? Apa yang telah terjadi? Aku tidak ingat, aku tidak dapat mengingatnya. Aku tidak tahu apa-apa, apapun.

Aku terus berjalan, matahari berada tepat diatas kepalaku, tetapi aku tidak merasakan panasnya yang menyengat, tepatnya aku tidak dapat merasakan apa-apa.

Di tubuhku banyak goresan-goresan bekas luka, luka yang dalam, tapi, luka itu tak mengeluarkan darah. Mungkin sudah kering, luka lama, itulah pikirku. Sudah tidak terasa sakit. Tapi sungguh aneh, kenapa aku tidak dapat merasakan apa-apa. Apapun juga.

Kulihat sekelilingku, banyak orang yang berserakan. Mereka tergeletak begitu saja. Mayat pikirku. Mengapa? Banyak senjata dimana-mana. Apa yang sebenarnya telah terjadi? Kepalaku serasa mau pecah.

Tunggu!

Aku teringat sesuatu. Perang? Ya, perang, sepertinya aku sedang berperang.

Pandanganku mulai kabur. Aku tidak dapat melihat dengan jelas, kurasa aku sudah sangat lelah. Aku mulai membayangkan kebebasan, aku ingin bebas dan pergi dari sini, menjalankan kehidupan yang normal. Tapi aneh, aku tidak ingat bagaimana rasanya hidup normal sehari-hari. Tapi aku harus bertahan hidup. Aku tidak boleh mati disini, tidak, tidak boleh.

“Kau!”

Siapa itu? Siapa yang memanggilku? Dibelakang?

“Hey kau! Kamu! Ya, yang disana!”

Dia berlari ke arahku, dia membawa senjata. Apa yang akan dia lakukan? Apa yang harus aku lakukan? Bunuh! Ya, bunuh saja! Dia, atau aku yang mati. Ada pistol dibawah kakiku.

Tembak dia, tembak saja! Suara-suara mulai bermunculan di kepalaku.

“Hey! Hey! Tunggu.. Hei kau sedang apa? Tidak! Jangan! Jangan!!”

DOR

Bagus. Aku tidak boleh mati disini. Aku yang akan bertahan hidup. Ada lagi! Mereka kesini!

Bunuh lagi! Bunuh saja semua! Karena aku harus bertahan hidup. Hanya aku.

“Rei, kamu saja yang tembak.”

“Ah baiklah, yang satu ini punyaku kalau begitu, hahaha!”

Apa? Mau mencoba membunuhku? Tidak mungkin. Karena aku harus hidup, hanya aku yang boleh hidup, kalian yang mati. Dimana mereka? Dimana?

DOR DOR

Kena! Aku berhasil? Tidak! Aku yang kena? Aku kena! Tepat di dadaku. Tapi kenapa tidak sakit? Tidak apa-apa, aku tak perduli. Aku masih punya kesempatan. Mereka yang akan mati. Aku tidak boleh mati disini. Aku harus hidup.

DOR DOR

“Gila, dia balas menembak! Aku kena sedikit. Sudahlah, cepat habisi saja! Tembak kepalanya, buang-buang waktu saja kau ini!”

“Menyebalkan, aku kan mau bermain-main dulu tadinya.”

DOR DOR DOR

“Bodoh sekali Rei! Kamu menembak kemana?! Tembak kepalanya!”

“Biarkan saja, yang penting dia jatuh juga. Kai, kita kesana.”

“Tunggu Rei! Sabar, dia sudah jatuh. Sudah tamat.”

“Tidak, lebih baik kita cek dulu.”

Kenapa aku masih hidup? Tapi aku tidak bisa bergerak. Aku sudah jatuh ke tanah, aku tidak bisa bangun. Mereka mendekatiku. Sial, 2 orang itu. Akan kuhabisi nanti. Tanganku masih bisa bergerak. Pandanganku kabur. Suara mereka mulai terdengar jauh. Apa yang sedang mereka bicarakan? Aku tidak mau mati disini. Aku tidak mau mati!

“Kurang ajar, yang ini seperti kecoak! Kau terluka ya Kai? Coba kau periksa deh, tipe berapa yang ini?”

Tipe? Apa yang mereka bicarakan?

“C-24”

C-24? C-24 Apa? Apa yang mereka bicarakan?

“Oh, pantas saja. Yang ini keluaran terakhir yang dibuat seperti manusia, mereka dibuat sama seperti kita, sampai-sampai dapat berpikir seperti manusia. Terlalu sempurna, akhirnya malah kabur, mereka mengira kalau mereka manusia. Huh! Teknologi. Gara-gara ini sudah berapa manusia yang mati. Sudah, Cari yang lain.”

“Kai, dia masih melihat ke kita. Lihat, dia mengedipkan matanya lagi. Tangannya bergerak.”

DOR

“Makanya aku bilang tadi tembak kepalanya langsung. Pusatnya di kepala. Yang penting pusatnya sudah dirusak. Nanti mati sendiri mesinnya. Ayo, Rei! Tugas kita tidak sedikit.”

Aku bukan manusia? Aku robot? Tidak mungkin! Aku ini manusia!! Aku ini... Tunggu! Aku ingat, aku ingat semuanya. Aku melarikan diri dari lab. Aku melepaskan yang lain. Aku tidak tahu kalau aku bukan manusia. Sial, sekarang aku tahu kenapa luka-luka ini tidak sakit. Bekas peluru. Tembakan di kepala. tidak ada yang sakit.

Kenapa mataku berair? Kenapa? Aku ini manusia, robot tidak seharusnya menangis. Aku tidak mau mati.. Tidak mungkin, aku masih ingin hidup. Aku rusak... Rusak? Aku tidak... Mati... Tidak mau... Tolong! Kalian berdua, jangan tinggalkan aku!! Tolong! Tolong aku...

BIP... MACHINE OFF...

9 comments:

Gi Jin said...

i made this when i was around 15 maybe. back when i was still a high school student, or junior high maybe. i don't remember..

i used to create a short story. this is one of them. the rest are gone when my comp broken ha ha..

anyway, any comments are welcome.. this probably not the best story to read but hey i'm happy when i write.. that's all i need lol

10den said...

apaan sih inii???

10den said...

baru baca comment lu punya,

oh gitu
hahaha
ngerti2

Gi Jin said...

ih capo doh..

intan said...

hahaha.. g pernah baca ni.. pas dikampus dulu kan, u yang ngasi??

lanjutannya donk.. mungkin dia ditolong ce cakep ato gimana??

hahaha

Gi JIn said...

mati dia mati bener haha

tan komen ttg tulisannya dong. gmn gt menurut lu yeey

intan said...

bagus tulisannya bagus.. pake font apa u dip? hahaha

u lbh cocok jadi sastrawan de kayanya.. selain jadi pelawak

heehee

inez inez said...

baguuusss dip,,,
itu beneran lo yg ngarang? umur 15??
g biasanya mengarang tentang pegi tamasya kemana gituuu
HAHAHA!! (gak kreatif abis)

Gi Jin said...

hahaha jgn salah loh gini2 gw jago membuat cerita hahahaha *mamer mode*

lu ner? emang kaga kereatip setau gw deh..

yuuq mariie